Engagement Day

Alhamdulillah
Nggak nyangka hari ini Alhamdulillah bisa bertemu keluarga besar yang baru.. hehehehe...

Terimakasih sambutan hangatnya.. Dan, aku agak lupa biasanya soal nama, semoga bisa sering silaturahim baik dengan sesama atau antar keluarga besar




posted from Bloggeroid

After (11) Reading

Feminis. Mendengar satu kata ini tentu nggak lepas dari persamaan gender. Dalam sejarah kelahiran pemikiran yang ingin 'membebaskan' perempuan dari segala stereotipe dan 'penyiksaan moral', feminis berkembang dengan banyak aliran dan ikhtilaf (wkwk) atau perbedaan.

Kali ini entah kenapa kepikiran aja, ketika sekilas membaca pemikiran-pemikiran feminis yang tuntutannya berkembang ke isu mana-mana. Ingin merangkum, kenapa sih feminis getol banget memperjuangkan kesetaraan gender. Apa sih yang kalian mau? (aku juga cewek ya btw wkwk)

Ya simpel nya feminis itu cuma pengen cewek itu :
1. Dihargai kemampuan berpikirnya (otaknya)
2. Dihargai sebagai subjek, bukan objek (melakukan bukan dilakukan)

Dari situ, mungkin cowok berpikir beda-beda. Pertama di isu pendidikan, Alhamdulillah sekarang semua lembaga pendidikan di Indonesia mulai menghargai otak perempuan untuk berkembang.



Kedua, di isu rumah tangga atau keluarga. Ini yang mulai beda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa otak perempuan itu seharusnya dihargai dengan boleh mengambil kebijakan dalam urusan rumah tangga termasuk menentukan pekerjaan mana yang akan dia pilih, karir atau rumah tangga. Ini salah satu pendukungnya adalah mbak Alissa Wahid, yah meskipun nggak sekasar aku ya jelasinnya tapi lembut-lembut kata, intinya mendukung.

Ada juga yang menganggap, bahkan.. hubungan seks laki perempuan itu menjadikan perempuan sebagai objek, jadi solusinya adalah agar menjadi subjek, perempuan menikah dengan perempuan (ngeri gees) -ini namanya radical feminism. Nah ada juga marxist feminism yang bilang kalau sebenernya yang menyiksa perempuan itu bukan laki-laki, tapi kapitalisme. Kapitalisme yang hanya membayar gaji kerja tanpa membayar usaha ibu merawat anak dan rijik-rijik omah. Dan dari situ mereka berpikir bahwa solusinya menghargai perempuan sebagai subjek ya dibayar dong jerih payahnya.

Banyak hal lagi yang bisa dibahas dengan perspektif feminis. Kalian setuju yang mana nih?

Kalau aku, mengaitkan konteks Indonesia dimana ada beberapa perbedaan dan beberapa hal yang menurutku cukup 'menghargai' otak dan kerja keras perempuan:
1. Kesempatan pendidikan (sekolah, beasiswa, dll jumlahnya tidak dibedakan laki perempuan)
2. Tunjangan keluarga (di beberapa tempat dimana upah bukan hanya gaji pokok tapi ada tunjangan anak dan istri)
3. Budaya (misalnya adat perkawinan daerah Sumatra, yang menunjukkan kuasa perempuan melamar. adat lamaran Jawa yang mempersilahkan perempuan mengambil keputusan)

Meskipun di banyak tempat, pekerjaan domestik masih dijudge sebagai satu kewajiban mutlak perempuan dimana tidak ada hak untuk menolak, tapi setidaknya hal-hal kecil emansipatif perempuan juga patut kita syukuri. Salah satunya juga yang kelewat, IPPNU, Muslimat, Fatayat, Nasyiatul Aisyiyah, Aisyiyah, dan organisasi-organisasi berbasis perempuan.

:)

Bumi dan Langit

Dunia ini penuh permasalahan, hanya saja ia tidak menerima orang-orang yang menyerah pada kerasnya hidup. Dunia justru menyambut dan menjabat orang-orang dengan semangat dan senyum merekah dalam setiap harinya

Sedangkan langit, adalah sesuatu yang tak kasat. Diam-diam ia menghitung. Justru ia menyambut orang yang penuh air mata mengingat penciptanya.

Dan siang dan malam tidak akan saling mendahului.