Ketidakadilan dalam Drakor

Barusan banget liat beberapa episode drama korea yang unch sekali gara-gara mbakku nonton drakor wkwk. yah begitulah.

Seusai nonton, lebih tepatnya dipaksa udahan nonton oleh mbakku, sedikit refleksi terlintas. Sebelumnya yang ketawa ketiwi, menjadi merenung.

Seperti sebuah ketidakadilan dalam drama korea. Pemain-pemainnya yang utama adalah mereka yang parasnya tampan dan ayu-ayu dengan standar kulit putih, licin, kinyis-kinyis, bibir merona, muka lonjong, alis standar dan rapi, rambut jatuh terbelai, badan ramping, dan itu disamping standar bahwa aktingnya juga harus natural.

Standar fisik yang tidak sedikit menjadikan artis-artis korea oplas alias operasi plastik untuk bisa main ke karir yang lebih tinggi dan jadi idaman muda-mudi dunia.

Sedangkan mereka yang dengan wajah korea cenderung kotak, dan b aja mungkin meskipun putih juga, biasanya jadi pemain figuran atau peran utama yang kemudian berubah jadi cantik. Kadang juga cuma jadi orangtua atau keluarga yang pemeran utama.

Sebuah ketidakadilan dimana diproduksi dan terstruktur oleh perindustrian film. Tapi faktanya memang itulah yang digandrungi mbak mas dedek gemes yang terlanjur cintrong sama drakor dan sejenisnya. Suplai yang didukung dengan permintaan konsumen sehingga terciptalah pasar yang kuat.

Semakin banyak penonton drakor, semakin banyak dana untuk produsen drakor, dan semakin banyak lagi artis korea berstandar ayu tampan demikian yang akan diproduksi oleh industri kecantikan.

Betapa tidak adilnya drama korea atau hiburan korea yang mengeliminir tingkat karir seseorang dari fisiknya, meskipun sebagai standar sekunder.

Bagi kaum feminis, ini juga ketidakadilan bagi kaum perempuan. Mereka hanya dinilai berharga ketika didukung oleh fisik yang distandar dengan standar tertentu, standar mata manusia jelalatan terkadang (bukan mesti lo ya).

Tapi yang menjadi perenungan kembali adalah kenapa konsumen drakor juga menyukainya? dan tidak sedikit.

Bahkan kita pun bisa bilang itu wajar kalau cowok suka cewek cantik atau cewek suka cowok ganteng

Wajar dan manusiawi. Itu salah satu kuncinya yang bisa kita diskusikan.

Betapa manusiawinya menyukai laki laki tampan dan mbakyu yang cantik kinyis-kinyis.

Tapi kenapa dunia ini ada yang cantik dan tidak cantik?
Dan kenapa sifat manusiawi itu dibiarkan Tuhan memilih yang cantik?

Prasangkaku, Tuhan ingin menunjukkan sifat Adil-Nya.

Lihatlah di dunia ini, Tuhan menciptakan manusia cantik dan tidak itu terserah, baik bagi orang yang hatinya baik dan tidak sombong rajin menabung atau sebaliknya. Bahkan terkadang, paras cantik kelakuan tidak cantik.

Betapa ini terlihat tidak adil.

Tapi tunggu dulu. Hal itu sebenarnya bukan tidak adil, itu adil yang belum terlihat.

Pada saat di dunia, Tuhan ingin menguji manusia dengan sifat manusiawi dikombinasi dengan realita yang aduhai warna-warni, mampukah kita ini berjuang untuk lulus dari ujian? Yakni ujian memperbagus hati kita, mengesampingkan sifat manusiawi kita yang sukanya lihat fisik, menjadikan sifat Ilahiyah sebagai prioritas.

Apa sifat ilahiyah itu?

Melihat seseorang dari hatinya, bukan dari fisiknya. Kalau dalam Al-Quran bahasanya Alloh tidak melihat suwarokum, walakin qulubukum.

Lantas, untuk apa sifat manusiawi yang suka melihat tampan dan cantik itu ada?

Sepertinya ada korelasi dengan akherat. Ketika di kehidupan abadi nanti, lebih tepatnya di akhirat, Tuhan akan menyulap wajah-wajah ayu dan tidak ayu.

Mungkin seperti filem beauty and the beast, atau pangeran kodok, saat itulah Tuhan menyulap, manusia yang baik hatinya akan berubah menjadi cantik jelita dalam usia muda terus menerus, seperti dalam hadits Nabi.

Sedangkan Tuhan menyulap wajah manusia yang buruk hatinya, menjadi wajah wajah yang hancur oleh api, hitam, dan buruk rupa selamanya.

*emoticonkaget*

Ya, mungkin di situ sifat manusiawi akhirnya mendapat kepuasannya. Seperti buka puasa. Ketika di dunia, harus tahan hati liat mas mbak yang ganteng dan ayu, di akhirat akan berbuka puasa.

Eh jadi inget, bagaimana dengan para wali Alloh alias para bebebnya Alloh yang sudah terlanjur cintrong sama Alloh?

Diceritakan, mereka sudah tidak tau dan lupa rasanya sifat manusiawi yang suka liat cogan dan cecan. Pada akhir kisahnya, mereka bahagia dengan cinta sejati mereka, yakni Tuhan yang Maha Esa, yang sudah lama mereka ingin bertemu tapi tak kunjung bisa.

Mereka tenang dan damai bersama Tuhan, itulah paling besarnya nikmat surgaa... Jengjeng.. (koyok ceramah aee wkwk)

Happy ending.

Yah, itulah hikmah dari ketidak adilan drakor. Jadi drakor adil atau tidak sih?

Adil itu relatif, karena socrates, plato, aristoteles aja ikhtilaf dalam mendefinisikan adil wkwk. jadi kalian definisikan sendiri.

kalau menurutku, yaa itu secara dhohir tidak adil, tapi yaa adil secara manusiawi, tapi yaa lebih adil lagi kalau kita jangan terpana drakor sampai mengeliminir drama hanya karna pemainnya cogan atau cecan, tapi lihatlah manfaat ceritanya buat kehidupanmu :*

karenaa... kita pula yang mengkonstruksi keadilan.. makanya mbah pram dawuh, kaum terpelajar harus adil sejak dalam pemikiran..